Aku tinggal dikos2an. Bapak yang punya kos, pak Geri, belum tua banget, keren orangnya, badannya tegap seperti mantan atlet, umurnya paling baru 36an lebih dikit. Pak Geri kalo ngeliat bodiku kayanya matanya mau loncat dari tempatnya. Aku tidak tau apakah pak Geri punya istri atau tidak, tapi aku gak pernah ngeliat ada perempuan yang tinggal bersamanya. Pantes dia jadi jelalatan begitu terhadapku. Aku sih cuek saja dengan kelakuannya. Suatu malam, temenku datang, Arman, , ya apalagi kalo gak Arman ngentotin aku. Aku yang lg jomblo tentu akan dengan sukahati melayani keinginannya, kadang aku juga yg meminta Arman untuk melayaniku. Pak Geri kemungkinan tau akan aktivitas ini, karena Arman hampir tiap hari sabtu mala minggu datang menginap.
"Nes,. Bapak bisa laporkan hal ini ke ortu kamu".
Memang ketika pertamakali masuk kos ini, pak Arman mencatat semua data diri dan keluargaku.
"Apalagi kalo RT/RW tau, kamu bisa digelandang ke kantor kelurahan".
"Janganlah pak, abisnya Arman yang merayu aku terus", kataku .
"Kalo kontol Arman, sudah sering ngerasain ya Nes, bapak juga pengen ngerasain nonok Ines", katanya to the point.
"Mau ya Nes, imbalannya bapak tidak laporkan peristiwa ini kesiapa2, dan kamu bebas uang kos sebulan deh".
"Ih bapak genit", jawabku sambil tersenyum.
Daripada disampekan ke ortu, apalagi dilaporkan ke polisi, urusan jadi sangat runyam, mending juga aku ladenin aja napsu pak Geri, lagian pak Geri masuk dalam tipe lelaki kesukaanku. Mudah2an aja kontolnya gededan bisa membuat aku terkapar, lemes tapi nikmat.
Malemnya, ketika kos sudah sepi, ada ketukan halus di pintu kamarku,
"Nes", terdengar panggilan berbisik.
Aku membuka pintu kamar dan pak Geri langsung masuk dan mengunci pintu kamarku. Kamarku letaknya agak berjauhan dengan kamar kos yang lain, sehingga ada privasi juga buatku.
"Gimana Nes, malem ini bapak tidur disini ya", katanya sambil tersenyum.
Aku diam saja dan duduk
di ranjang. Dia duduk disebelahku, tangannya mulai ngelus toketku dari luar dasterku,
"kamu gak pake bra ya Nes, sudah siap ya".
"Ih, bapak nakal deh tangannya," kataku sambil merengut manja.Aku pura-pura menjauh.
Dia memegang tanganku dan tiba2 diletakkannya diselangkangannya, terasa kontolnya sudah keras.
"Ih, bapak jangan begitu dong," kataku manja.
Dia tidak tahan lagi. Tubuhku direbahkan di atas ranjang. Bibirku dilumat, sementara punggungku diremas. Aku mengadakan perlawanan, mengimbangi kuluman bibirnya yang diselingi dengan permainan lidahnya. Beberapa saat kemudian ciumannya berpindah ke leherku. Sambil menyedot kulit leherku
dengan hidungnya, tangannya pindah ke toketku yang tidak dilindungi bra. Diremas dan pentilnya ditekan dan dipelintir dengan jari. Pentilku terasa mengeras.
"Pak buka baju saja pak," rintihku.
Tanpa menunggu persetujuannya, aku membuka ikat pinggang dan ritsleteng celananya. Dia mengimbangi, dasterku dilepas. Dia terpana melihat tubuhku yang sekarang hanya ditutupi cd minim yang tipis warna pink. Di daerah bawah perutku, cdku itu tidak mampu menyembunyikan warna hitam dari jembutku yang lebat, beberapa helai jembutku tampak keluar dan cdku. Toketku
dihiasi dengan pentil berwarna pink kecoklatan yang mengeras, puncak bukit toketku disekitarnya berwarna coklat tua dan sedikit menggembung dibanding dengan permukaan kulit toketku. Celana panjangnya yang sudah kulepas. Menyusul. kemeja dan kaos singlet. Kini kita sama2 cuma tertutup cd. Aku memandangi dadanya yang bidang. Kemudian kearah kontolnya yang besar dan panjang, yang menonjol dari balik cdnya. Perlahan dia mendekati badanku yang sudah terbaring pasrah.
Dipeluknya tubuhku sambil mengulum kembali bibirku. Aku pun mengimbanginya. Kupeluk lehernya sambil membalas kuluman nya. Toket dan pentilku yang mengeras menekan dadanya. Kita saling mengulum bibir, saling menekankan dada, dan saling meremas punggung dengan penuh nafsu. Ciumannya berpindah ke leherku. Aku mendongakkan daguku agar dia dapat menciumi leherku. Kini wajahnya bergerak ke arah toketku. Aku tadi sengaja memakai parfum di sekujur toketku biar lebih merangsang. Dia menghirup kuat-kuat lembah kedua bukit toketku. Kemudian wajahnya digesek-gesekkan di kedua bukit toketku secara bergantian, sambil menghirup keharuman toketku. Puncak bukit toket kanan pun dilahap dengan mulutnya. Disedotnya kuat-kuat toketku sehingga daging yang masuk ke dalam mulutnya menjadi sebesar-besarnya. Aku menggelinjang,
"Pak.. ngilu..", rintihku. Gelinjang dan rintihanku semakin membangkitkan napsunya. Diremasnya bukit
toket sebelah kiri dengan gemasnya, sementara pentil toket kanan dimainkan dengan ujung lidahnya. Pentilku kadang digencet dengan tekanan ujung lidah dengan gigi. Kemudian secara mendadak disedotnya kembali toket kananku kuat-kuat. Jarinya menekan dan memelintir pentil toket kiriku. Aku semakin menggelinjang sambil mendesah,
"aduh pak.. ssshh.. ngilu pak.. ssshhh..geli," cuma kata-kata itu yang berulang-ulang keluar dari mulutku. Dia tidak puas dengan hanya menggeluti toket kananku. Kini mulutnya berganti menggeluti toket kiri. Tangannya meremas
toket kanan kuat-kuat. Kalau toket kiri disedot kuat-kuat, tangannya memijit dan memelintir pentil toket kanannya. Sedang bila gigi dan ujung lidahnya menekan pentil toket kiri, tangannya meremas toket kanan dengan sekuat-kuatnya.
"Pak.. bapak nakal...ssshhh.. ngilu pak, geli..",
Aku tidak hentinya menggelinjang dan mendesah manja.
Setelah puas dengan toket, pak Geri meneruskan permainan lidah ke arah perutku. Mulutnya berhenti di daerah pusar. Sementara kedua telapak tangannya menyusup ke belakang dan meremas pantatku. Kedua tangannya menyelip ke dalam cdku. Perlahan2 cdku dipelorotkan ke bawah. Aku sedikit mengangkat pantatku untuk memberi kemudahan cdku dilepas. Dan dengan sekali sentakan kaki, cdku sudah terlempar ke bawah. Dia memandangi jembutku lebat yang mengitari bibir memekku yang berwarna coklat tua. Sambil kembali menciumi perut di sekitar pusarku, tangannya mengelus pahaku. Elusannya pun ke arah dalam dan merangkak naik.
Sampailah jarinya di tepi kiri-kanan bibir luar tempekku. Tangannya pun mengelus tempekku dengan dua jarinya bergerak dari bawah ke atas. Dengan mata terpejam, aku berinisiatif meremas toketku sendiri. Aku sangat menikmati permainan ini. Perlahan disibak nya bibir tempekku dengan ibu jari dan telunjuk mengarah ke atas sampai itilku menongol keluar. Wajahnya bergerak ke tempekku, sementara tangannya kembali memegangi toketku. Dijilatinya itil ku perlahan-lahan sambil satu tangannya mempermainkan pentil toketku.
"Au pak.. shhhhh.. betul di situ pak.. enak pak..shhhh..,"
Aku mendesah sambil merem-melek. Alisku bergerak ke atas - bawah mengimbangi gerakan merem-meleknya mataku. Keningku pun berkerut pertanda aku sedang mengalami kenikmatan yang semakin meninggi. Dia meneruskan permainan lidah dengan melakukan jilatan panjang dari lubang pantat sampai ke itilku. Karena gerakannya, ujung hidungnya pun menyentuh tempekku. Terasa benar dinding tempekku mulai basah. Bahkan sebagian cairan memekku mulai mengalir hingga mencapai lubang pantatku. Sesekali pinggulku bergetar. Di saat bergetar itu pinggulku
diremas kuat-kuat sambil ujung hidungnya kutusukkan ke lobang tempekku.
"Paak.. enak sekali pak..,"
Aku mengerang dengan kerasnya. Dia segera memfokuskan jilatan lidah serta tusukan ujung hidung di tempekku. Semakin lama tempekku semakin basah saja. Dua jari tangannya lalu dimasukkan ke lobang tempekku. Setelah masuk hampir semuanya, jarinya dibengkokkan ke arah atas dengan tekanan yang cukup terasa agar kena "G-spot"-ku. Dan berhasil!
"Auwww.. pak..!" jeritku sambil menyentakkan pantat ke atas. Sampai-sampai jari tangan yang sudah terbenam di dalam tempekku terlepas. Perut bawahku yang ditumbuhi jembut hitam yang lebat itu pun menghantam ke wajahnya. Dia segera memasukkan kembali dua jarinya ke dalam tempekku dan
melakukan gerakan yang sama. Kali ini dia mengimbangi gerakan jarinya dengan permainan lidah di itilku. itilku tampak semakin menonjol sehingga gampang baginya untuk menjilat dan mengisapnya. Ketika itilku digelitiki dengan lidah serta diisap-isap perlahan, aku semakin keras merintih-rintih. Pinggulku menggial ke kiri-kanan.
"Pak..," hanya kata-kata itu yang dapat kuucapkan karena menahan kenikmatan yang semakin menjadi-jadi.Permainan jari dan lidahnya di memekku semakin bertambah ganas. Aku sambil mengerang dan menggeliat meremas apa saja yang dapat
kuraih. Meremas rambutnya, meremas bahunya, dan meremas toketku sendiri.
"Pak.. Ines sudah tidak tahan lagi. Masukin kontolnya pak. Ohhh.. sekarang juga pak..! Sshhh. . . ," erangku sambil menahan nafsu yang sudah menguasai segenap tubuhku. Namun dia tidak perduli. Dia sengaja untuk mempermainkan aku terlebih dahulu. Dia mau membuat aku nyampe sementara dia masih segar bugar. Karena itu lidah dan wajahnya dijauhkan dari tempekku. Kemudian kocokan dua jari tangannya di dalam tempekku semakin dipercepat. Gerakan jari tangannya yang di dalam tempekku
ke atas-bawah, sampai terasa ujung jarinya menghentak dinding atasnya secara perlahan-lahan. Sementara ibu jarinya mengusap dan menghentak i tilku. Gerakan jari tangannya di memekku yang basah itu sampai menimbulkan suara crrk-crrrk-crrrk-crrk crrrk.. Aku memekik kecil "Ah-ah-ah-ah-ah.." Sementara dia semakin memperdahsyat kocokan jarinya , sambil memandangi wajahku. Aku merem-melek keenakan, keningku berkerut-kerut. Crrrk! Crrrk! Crrek! Crek! Crek! Crok! Crok! Suara yang keluar dari kocokan jarinya di tempekku semakin terdengar keras. Dia mempertahankan kocokan tersebut. Dua menit sudah aku mampu bertahan sambil mengeluarkan jeritan-jeritan yang makin membangkitkan nafsunya. Toketku semakin kencang dan licin, sedang pentilku tampak berdiri dengan tegangnya. Sampai akhirnya tubuhku mengejang hebat. Pantatku terangkat tinggi-tinggi. Mataku membeliak-beliak. Dan aku menjerit hebat,
"Paaak..!" Dua jarinya yang tertanam di dalam tempekku dijepit oleh dinding tempekku dengan kuatnya. Seiring dengan keluar masuknya jarinya dalam tempekku, terpancarlah semprotan cairan tempekku dengan kuatnya. Prut! Prut! Pruttt! Semprotan cairan tersebut sampai mencapai pergelangan tangannya. Beberapa detik kemudian aku terbaring lemas di atas ranjang. Mataku memejam rapat. Aku baru saja nyampe dengan begitu hebat. Kocokan jari tangannya di tempekku pun dihentikan. Dibiarkannya jari tertanam dalam tempekku sampai jepitan dinding memekku terasa lemah. Setelah lemah. jari tangan dicabut dan tempekku. Cairan tempek yang terkumpul di telapak tangannya dibersihkan dengan kertas tissue.
Ketegangan kontolnya belum juga mau berkurang. Apalagi tubuh telanjangku yang terbaring diam di hadapannya seolah menantang dirinya untuk membuktikan kejantanannya. Pak Geri pun mulai menindih kembali tubuhku, sehingga kontolnya yang masih di dalam cd tergencet oleh perut bawahku dan perut bawahnya dengan enaknya. Bibirnya mengulum kembali bibir ku, sambil tangannya meremas toket dan mempermainkan pentilnya. Aku kembali membuka mata dan mengimbangi serangan bibirnya. Tubuhku kembali menggelinjang karena menahan rasa geli dan ngilu di toketku. Setelah puas melumat bibir, wajahnya pun menyusuri leherku hingga akhirnya mencapai belahan toketku. Wajahnya kemudian menggeluti belahan toketku, sementara kedua tangannya meremas kedua belah toketku. Digesekkannya wajahnya memutar di belahan toketku. Kemudian bibirnya bergerak ke atas bukit toket sebelah kiri. Diciuminya bukit toketku, dan dimasukkannya pentil nya dalam mulutnya. Kini dia menyedot pentil toket kiriku. Dimainkan pentilku di dalam mulutnya itu dengan lidah. Sedotan kadang diperbesar ke puncak bukit toket di sekitar pentil yang berwarna coklat.
"Ah.. ah.. pak.. geli," aku mendesiss sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. Dia memperkuat sedotannya. Tangannya meremas toket kananku. Kadang remasan diperkuat dan diperkecil menuju puncak bukitnya, dan diakhiri dengan tekanann kecil jari telunjuk dan ibu jarinya pada pentilku.
"Pak.. hhh.. geli.. enak.. ngilu.."
Dia semakin gemas. Toketku dimainkan secara bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit toket kadang disedot besarnya-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang disedot hanya pentilnya dan
dicepit dengan gigi atas dan lidah. Belahan lain kadang diremas dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan sekuat-kuatnya, kadang hanya dipijit dan dipelintir kecil pentilku di puncaknya.
"Ah.. pak.. terus pak.. hzzz..ngilu.."
Aku mendesis keenakan. Napsuku sudah kembali tinggi. Mataku kadang terbeliak. Geliatan tubuhku ke kanan-kini semakin sering frekuensinya.
Sampai akhirnya aku tidak kuat melayani serangan-serangan keduaku. Aku dengan gerakan cepat memelorotkan cdnya hingga turun ke paha. Pak Geri memaklumi maksudku, segera dilepasnya cdnya. Aku segera menangkap kontolnya yang sudah ngaceng. Sejenak aku terkejut.
"Edan.. pak, kontol bapak besar sekali.. kontol cowok-cowok Ines dahulu tidak sampai sebesar ini," ucapku terkagum-kagum. Sambil membiarkan mulut, wajah, dan tangannya yang terus memainkan dan menggeluti kedua belah toketku, aku meremas-remas perlahan kontolnya secara berirama. Bibirku yang pink kemudian melumat bibirnya dengan ganasnya. Dia pun tidak mau mengalah. Dilumatnya bibirku dengan penuh nafsu yang menggelora. Kupeluk punggungnya dan kuremas dengan gemasnya.
Kemudian dia menindih tubuhku. kontolnya terjepit di antara pangkal pahaku dan perut bawahnya sendiri. Bibirnya kemudian melepaskan bibirku. Kecupan bibirnya pun turun. Dikecupnya daguku. Dikecupnya leherku yang memancarkan bau wangi parfum yang kupakai. Diciumi dan digelutinya leherku dengan wajahnya, sementara pantatnya mulai bergerak aktif sehingga kontolnya menekan dan menggesek pahaku. Puas menggeluti leher, wajahnya pun turun ke toket ku. Dengan gemas dan ganasnya dia membenamkan wajahnya ke belahan dadaku, sementara kedua tangannya meraup kedua belah toketku dan menekannya ke arah wajahnya. Belum puas dengan menyungsep ke belahan dadaku, wajahnya kini menggesek memutar sehingga kedua gunung toketku tertekan oleh wajahnya secara bergantian. Kemudian bibirnya meraup puncak bukit toket kiri ku. Daerah toket yang kecoklatan beserta pentilnya yang pink kecoklatan itu pun masuk dalam mulutnya. Dilahapnya ujung toket dan pentilku dengan bernafsu. Di dalam mulutnya pentilku dikulum dan dimainkan dengan lidahku.
"Pak.. geli," katakun. Dia tidak perduli. Dia terus mengulum puncak bukit toketku. Pentilku menjadi keras. Kemudian dia kembali melahap puncak bukit toketku sebesar-besarnya. Apa yang masuk dalam mulutnya disedot sekuat-kuatnya. Sementara toket sebelah kanannya diremas sekuat-kuatnya dengan tangannya. Hal tersebut dilakukannya secara bergantian antara toket kiri dan toket kananku. kontolnya semakin menekan dan menggesek pahaku. Aku semakin menggelinjang dengan hebatnya.
"Pak... ngilu.. hihhh.. nakal sekali tangan dan mulut bapak.. Auw! Sssh.. ngilu," rintihku.
Rintihanku itu justru semakin mengipasi api nafsunyasehingga semakin berkobar-kobar. Semakin ganas dia mengisap dan meremas toketku.
Akhirnya pak Geri tidak sabar lagi. Dilepasnya toketku dari gelutan mulut dan tangannya. Bibirnya kini berpindah menciumi dagu dan leherku, sementara tangannya membimbing kontolnya untuk mencari liang tempekku. Diputarnya kepala kontolnya di kelebatan jembut di sekitar bibir tempekku. Jembutku bagaikan menggelitiki kepala kontolnya.
"Pak.. masukkan seluruhnya pak". Aku meraih batang kontolnya yang sudah amat tegang. Paha ku buka agak lebar.
"Edan.. kontol bapak besar dan keras sekali, pak..," kataku sambil mengarahkan kepala kontolnya ke lobang tempekku. Sesaat kemudian kepala kontolnya menyentuh bibir tempekku yang sudah basah. Kemudian dengan perlahan dan sambil digetarkan, kontol ditekankannya masuk ke liang tempekku. Kini seluruh kepala kontolnya pun terbenam di dalam tempekku. Dia menghentikan gerak masuk kontolnya.
"Pak.. teruskan masuk, pak.. Sssh.. enak.. jangan berhenti sampai situ saja..," aku protes atas tindakannya. Namun dia tidak perduli. Dibiarkan kontolnya hanya masuk ke lobang tempekku hanya sebatas kepalanya saja, namun kontolnya digetarkan dengan amplituda kecil. Bibir dan hidungnya dengan ganasnya menggeluti leherku, lengan tanganku, dan ketiakku yang bersih dari bulu. Aku menggelinjang dengan tidak karuan.
"Sssh.. enak.. geli, pak. Terus masuk, pak.." Bibirnya mengulum lenganku dengan kuat. Sementara gerakan dikonsentrasikan pada pinggulnya. Dan.. satu.. dua.. tiga! kontolnya ditusukkan sedalam-dalamnya ke dalam tempekku dengan sangat cepat dan kuat. Plak! Pangkal pahanya beradu dengan pangkal pahaku yang sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya. kontolnya bagaikan diplirit oleh bibir dan lobang tempekku yang sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan bunyi: srrrt!
"Auwww!" pekikku.
Dia diam sesaat, membiarkan kontolnya tertanam seluruhnya di dalam tempekku tanpa bergerak sedikit pun.
"Sakit pak.. Bapak nakal sekali" kata ku sambil meremas punggungnya dengan keras. Dia pun mulai menggerakkan kontolnya keluar-masuk memek ku. Seluruh kontolnya yang masuk terasa dipijit
dinding lobang tempekku dengan agak kuatnya.
"Bagaimana Nes, masih sakit?" tanyanya.
"Sssh..enak sekali. kontol bapak besar dan panjang sekali.. sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru lobang tempek Ines..," jawabku.
Dia terus memompa memekku dengan kontolnya perlahan-lahan. Toket ku ikut terpilin oleh dadanya akibat gerakan memompa tadi. Kedua pentilku yang sudah mengeras mengilik dadanya yang bidang. Setiap kali menusuk masuk kepala kontolnya menyentuh bagian terdalam dari tempekku. Sentuhan tersebut serasa menggelitiki memekku sehingga aku merasa sedikit kegelian. Geli-geli nikmat. Kemudian dia mengambil kedua kakiku dan mengangkatnya. Sambil menjaga agar kontolnya tidak tercabut dari lobang tempekku, dia mengambil posisi agak jongkok. Betis kananku ditumpangkan di atas bahunya, sementara betis kiri didekatkan ke wajahnya. Sambil terus mengocok tempekku perlahan dengan kontolnya, betis kiriku diciumi dengan gemasnya. Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kanan yang diciumi, sementara betis kiri ditumpangkan ke atas bahunya. Hal tersebut dilakukan beberapa kali secara
bergantian, sambil mempertahankan gerakan maju-mundur kontolnya perlahannya di memek ku. Setelah puas dengan cara tersebut, dia meletakkan kedua betisku di bahunya, sementara kedua telapak tangannya meraup kedua belah toketku. Masih dengan kocokan kontol perlahan di tempekku, tangannya meremas toketku. Kedua gumpalan daging kenyal itu diremas kuat-kuat secara berirama. Kadang kedua pentilku digencet dan dipelintir perlahan. Pentilku semakin mengeras. Aku pun merintih keenakan. Mataku merem-melek, dan alisku mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah.
"Ah.. pak, gelii.. Tobat.. Ngilu pak. Sssh.. terus pak, terus. Edan...kontol bapak membuat tempek Ines terasa enak sekali… Nanti pejunya. Ngecret di dalam saja..Ines sedang tidak subur…” Dia mulai mempercepat gerakan masuk-keluar kontolnya di tempekku.
"Ah-ah-ah.. benar, pak. benar.. yang cepat.. Terus pak,terus.."
Dia bagaikan diberi spirit oleh rintihanku. Dia meningkatkan kecepatan keluar-masuk kontolnya di tempekku. Terus dan terus.Aku menjadi merem-melek. Begitu juga dirinya, matanya pun merem-melek dan mendesis-desis karena merasa keenakan yang luar biasa.
"Sssh.. sssh.. Nes..enak sekali.. tempekmu."
"Ya pak, Ines juga merasa enak sekali.. terusss.. pak, terusss.."
Dia meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk kontolnya di tempekku.
"Pak.. edan pak, sssh..terus...Ines hampir nyampe nih pak.. sedikit lagi.. kita nyamper sama-sama ya pak..," akui mengoceh tanpa kendali.
Dia mengayuh terus. Dia belum merasa mau ngecret. Sepertinya dia mau membuat aku nyampe duluan.
"Paak..," rintih ku. Aku memegang kedua lengannya.
"Pak.. ah-ah.. Enak pak, Mau nyampe pak..ah-ah.. sekarang ke-ke.." kontolnya dijepit oleh dinding tempekku dengan sangat kuatnya. Terasa ada cairan yang menyembur keluar dari tempekku dengan cukup deras. Aku meremas lengannya dengan sangat kuatnya dan berteriak tanpa kendali :
"aaaaaaakkkhhhh.. aku keluarrr..!"
Mata kumembeliak-beliak. Sekejap tubuh ku mengejang. Dia pun menghentikan genjotannya. kontolnya yang tegang luar biasa dibiarkan diam tertanam dalam tempek ku. Aku kemudian memejam beberapa saat dalam menikmati puncak kenikmatanku. Setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan ku pada lengannyau perlahan mengendur. Kelopak mataku pun membuka, memandangi wajahnya. Jepitan dinding tempekku pada kontolnya berangsur melemah. walaupun kontolnya masih tegang dan keras. Kedua kaki kuletakkan kembali di atas kasur dengan posisi agak membuka.
Dia kembali menindih tubuh telanjang ku dengan mempertahankan agar kontolnya yang tertanam di dalam tempekku tidak tercabut.
"Pak.. bapak luar biasa.. bapak membawa Ines ke langit ke tujuh", kata ku dengan mimik wajah penuh kepuasan. Dia tampaknya senang mendengar pengakuan ku itu.
"Pak… bapak seperti yang Ines bayangkan. Jantan.. perkasa.. dan bapak berhasil membawa Ines ke puncak. Luar biasa nikmatnya.."
Pak Geri saat ini baru setengah perjalanan saat aku sudah nyampe. kontolnya masih tegang di dalam tempekku. kontolnya masih besar dan keras. Dia kembali mendekap tubuhku. kontolnya mulai bergerak keluar-masuk lagi di tempekku, namun masih dengan gerakan perlahan. Dinding tempek ku secara berargsur-angsur mulai meremas kontolnya. Sekarang gerakan kontolnya lebih lancar dibandingkan dengan tadi. Pasti karena adanya cairan yang disemprotkan oleh tempek ku beberapa saat yang lalu.
"Ahhh.. pak.. bapak langsung mulai lagi.. Sekarang giliran bapak..ngecretkan peju bapak ke dalam tempek Ines..Sssh..," aku mulai mendesis lagi.
Bibirnya mulaimemagut bibir ku dan dilumatnya dengan gemas. Tangan kirinya menyangga berat badannya, tangan kanannya meremas toket ku serta memijit pentilnya, sesuai dengan irama gerak maju-mundur kontolnya di tempekku.
"Sssh.... enak pak. Terus..," desisku saat bibirku lepas dari bibirnya. Desisan itu bagaikan mengipasi gelora napsunya. Sambil kembali melumat bibir ku dengan kuatnya, dia mempercepat genjotan kontolnya di memekku. Pengaruh adanya cairan di dalam memek ku, keluar-masuknya kontol pun diiringi oleh suara, "srrt-srret srrrt-srrret srrt-srret.."
Aku tidak hentinya mengeluarkan rintih kenikmatan, "Pak..aah". kontolnya semakin tegang. Dilepaskannya tangan kanannya dari toketku. Kedua tangannya kini dari ketiak ku menyusup ke bawah dan memeluk punggungku. Akupun memeluk punggungnya dan mengusapnya. Dia pun memulai serangan dahsyatnya. Keluar-masuknya kontolnya ke dalam tempek ku sekarang berlangsung dengan cepat dan berirama. Setiap kali masuk, kontol dihunjamkan keras-keras agar menusuk tempek ku sedalam-dalamnya. kontolnya diremas dan dihentakkan kuat-kuat oleh dinding tempek ku
Sampai di langkah terdalam, mataku membeliak sambil mengeluarkan seruan tertahan, "Ak..!" Pangkal pahanya bagaikan menampar pangkal pahaku sampai berbunyi: plak! Di saat bergerak keluar tempek, kontol dijaga agar kepalanyatetap tertanam di lobang tempekku. Remasan dinding tempek pada batang kontolnya pada gerak keluar ini sedikit lebih lemah dibanding dengan gerak masuknya. Bibir tempekku yang mengulum batang kontolnya pun sedikit ikut tertarik keluar. Pada
gerak keluar ini aku mendesah,
"Hhh.."
Dia terus menggenjot tempek ku dengan gerakan cepat dan menghentak. Aku meremas punggungnya kuat-kuat di saat kontol dihunjam masuk sejauh-jauhnya ke lobang tempekku. Beradunya pangkal paha menimbulkan suara: Plak! Plak! Plak! Plak! Pergeseran antara kontolnya dan tempek ku menimbulkan bunyi srottt-srrrt.. srottt-srrrt.. srottt-srrrtt.. Kedua nada tersebut diperdahsyat oleh lenguhanku :
"Ak! Uhh.. Ak! Hhh.. Ak! Hhh.." kontolnya kuempot dengan tempekku. Ini membuatnya tidak kuasa menahan pekikan kecil:
"Nes.. edan.. Enak sekali .. memekmu enak sekali.. memekmu hangat sekali.. edan.. jepitan tempekmu enak sekali.."
"Pak.. terus pak.." rintih ku,
"Ines juga enak pak.. Ak! Ak! Ak! Hhh.. Ak! Hhh.. Ak! Hhh.."
Dia pun mengocokkan mengocokkan kontolnya ke tempekku dengan semakin cepat dan kerasnya. Setiap masuk ke dalam, kontolnya berusaha menusuk lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi dibandingkan langkah masuk sebelumnya. "Nes.. aku.." Karena menahan rasa nikmat yang luar biasa dia tidak
mampu menyelesaikan ucapannya yang memang sudah terbata-bata itu. "Pak! Ines mau keluar lagi..Ines ke-ke-ke.." Tiba-tiba kontolnya mengejang dan berdenyut dengan amat dahsyatnya. Dia tidak mampu lagi menahan lebih lama lagi. Pada saat itu juga tiba-tiba dinding tempek ku mencekik kuat sekali sehingga dia tidak mampu lagi menahan jebolnya bendungan dalam kontolnya. Pruttt! Pruttt! Pruttt! Kepala kontolnya disemprot cairan tempek ku, bersamaan dengan pekikan ku,
"aaaakkkhhhhh ..keluarrrr..!" Tubuh ku mengejang dan mataku membeliak.
"Nes..!"
Dia melenguh keras-kerassambil merengkuh tubuh ku sekuat-kuatnya Wajahnya dibenamkan kuat-kuat di leherku. Pejunya pun tak terbendung lagi. Crottt! Crott! Croat! Pejunya bersemburan dengan derasnya, menyemprot dalam tempekku yang terdalam. kontolnya yang terbenam semua di dalam tempekku terasa berdenyut-denyut. Beberapa saat lamanya kita terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali. Dia menghabiskan sisa peju dalam kontolnya. Cret! Cret! Cret! kontolnya mengecretkan lagi peju yang
masih tersisa ke dalam tempekku. Kali ini semprotannya lebih lemah. Perlahan-lahan tubuh kami pun mengendur kembali. Dia kemudian menciumi leherku dengan lembutnya, sementara aku mengusap punggungnya dan mengelus rambutnya. Aku merasa puas sekali.
"Pak.. terima kasih pak. Puas sekali Ines. Indah sekali.. sungguh.. enak sekali," kata ku lirih.
Dia tidak memberi kata tanggapan.
Sebagai jawaban, bibirku dikecup mesra. Dalam keadaan tetap telanjang, kami berdekapan erat di atas tempat tidur. Aku meletakkan kepalaku di atas dadanya yang bidang, sedang tangannya melingkar ke badanku. Dia melumat bibirku beberapa saat.
Dan Sejak saat itu hampir tiap hari bapak kost ngentotin aku dan aku pun terkapar puas...
Tamat
0 10:
Posting Komentar